25 Februari 2010

Berubah Memang Sulit, Tetapi Harus

Pada 29 April 1989 saya mengalami sebuah kecelakaan. Motor yang saya kendarai bersama sahabat karib saya menabrak motor lain yang berlawanan arah. Sabahat karib saya jatuh terpental ke sisi jalan yang tidak beraspal. Parahnya setelah dia terjatuh dia masih harus tertimpa saya yang membonceng. Untung saya orangnya kurus (he he he...) Dia mengalami luka di lengan kanannya. Demikian juga saya. Bedanya lukanya lebih dalam dari saya, memanjang dari atas pergelangan hingga hampir ke persendian siku. Luka saya lebih ringan tetapi lebih panjang hingga melampaui persendian siku.
Singkat cerita luka kami berdua dibersihkan dan diobati di sebuah klinik milik seorang dokter di dekat tempat kejadian. Luka yang saya alami meski tidak begitu dalam tetapi cukup merepotkan, karena mengharuskan saya untuk tidak menekuk persendian siku untuk sementara. Hal ini tentu saja menyulitkan saya ketika makan. Bagaimana mungkin memasukan makanan dengan tangan yang harus tetap dalam kondisi lurus?
Akhirnya untuk sementara saya harus makan dengan tangan kiri. Mulanya sulit, terutama ketika harus memasukan makanan menggunakan sendok. Memegang sendok bagi orang yang tidak kidal pastilah sesulit memegang pena atau sejenisnya. Tetapi itu harus tetap saya lakukan sambil menunggu luka di lengan kanan saya mengering dan sembuh.
Setelah seminggu mengganti sebagian peran tangan kanan dengan tangan kiri, saya mulai terbiasa. Kesulitan sudah saya lampaui. Permasalahannya kemudian tangan kanan saya sudah mulai membaik. Luka di dekan siku sudah mengering dan bekasnya sudah mengelupas. SAya mulai bisa menekuk persendian siku tangan kanan saya. Tentu saja saja saya harus kembali memfungsikan tangan kanan saya. Ternyata tidak mudah. Tangan yang sudah mengaso sekitar seminggu menjadi sulit digunakan. Perlu waktu beberapa lama untuk melatih tangan kanan saya agar bisa berfungsi normal sebagaimana semula. Bagaimanapun saya harus melakukan aktifitas dengan tangan kanan, terutama untuk makan.
Apa yang saya alami adalah sebagian kecil dari sekian banyak contoh dimana ketika kita harus melaukan sesuatu di luar kebiasaan maka akan terasa sulit. Orang-orang yang mengalami kecelakaan dan mengalami patah tulang kaki misalnya, mereka harus mengubah beberapa bagian dari aktifitasnya. Berjalan yang tadinya bisa dengan bebas harus dibantu dengan kursi roda atau tongkat. Buang hajat yang tadinya bisa dilakukan di closet jongkok harus di closet duduk. Shalat yang tadinya bisa dengan berdiri harus (minimal) dengan duduk. Pun ketika kaki mulai berangsur membaik harus dilatih kembali untuk menyangga beban tubuh dan berjalan.
Meski sulit namun perubahan seringkali menjadi pilihan yang harus diambil. Apalagi bila perubahan itu untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi nilainya dalam kehidupan ini. Kita harus mengubah kebiasaan buruk kita dengan kebiasaan baik. Bahkan kadang pula kita harus mengganti kebiasaan kita yang sebenarnya sudah baik dengan kebiasaan yang lebih baik.
Umpamanya kita terbiasa bangun kesiangan. Kebiasaan ini tentu merepotkan karena membuat kita tergesa-gesa untuk berangkat ke tempat aktifitas (kerja/sekolah). Apalagi bagi kaum muslimin yang memang harus melaksanakan shalat subuh. Maka kebiasaan ini harus kita ubah. Segala cara pun harus kita tempuh agar kita bisa bangun lebih awal. Entah dengan menggunakan alarm atau minta dibangunkan oleh orang-orang di sekitar kita.
Kunci dari perubahan ini adalah kemauan. Kemauan ini akan muncul manakala kebiasaan yang baru kita tempatkan sebagai sesuatu yang vital untuk mencapai sesuatu yang tinggi nilainya. Misalnya kebiasaan bangun siang tadi. Manakala kita menempatkan bangun pagi, kemudian shalat subuh, dan menyiapkan semua hal yang kita perlukan di tempat aktivitas sebagai sesuatu yang penting, tinggi nilainya, menyenangkan dan lain-lain maka akan muncul kemauan kuat untuk melakukannya.
Sebaliknya apabila kita tetap merasa nyaman dan tak peduli dengan ketergesagesaan, teguran teman-teman atau bos di tempat kerja dan semua akibat yang ditimbulkan dengan keterlambatan kita, maka kita akan merasa tidak perlu melakukan perubahan apa-apa.
Dalam kasus yang saya alami di atas, saya menganggap bahwa makan dengan tangan kanan adalah sebuah keharusan, sebagai bagian dari ketataatan saya kepada Allah, maka saya tidak membiarkan tangan kiri saya secara permanen menggantikan tangan kanan saya untuk makan. Saya segera mengembalikan fungsi tangan kanan saya begitu mulai membaik.
Kesimpulannya adalah berubah itu memang sulit, tetapi harus tetap dilakukan manakala kita ingin menggapai sesuatu yang lebih tinggi nilainya atau meraih apa yang kita cita-citakan. Allahu A'lam [lb]
ilustrasi : www.themillionairesecrets.net

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons