29 Desember 2009

Fokuslah Bila Anda Ingin Hebat

Jika Anda ingin menjadi master di bidang tertentu ingatlah kata-kata ini: berfokuslah pada satu hal atau keterampilan dengan kesetiaan tanpa henti untuk terus melakukan perbaikan, dan berkeinginan kita menjadi yang terbaik. Fokus, perbaikan tiada henti dan keinginan kuat menjadi yang terbaik adalah bahan bakar utama untuk menjadi seorang spesialis. Dan sebagian mayoritas orang besar berasal dari seorang spesialis.

B.J. Habibie adalah seorang spesialis di bidang pesawat terbang. Apakah kesuksesannya murni merupakan karunia alam? Tentu saja jawabannya tidak. Ia mengambil apa yang diberikan alam kepadanya dan menjalankan formula tadi; fokus ditambah perbaikan terus tiada henti dan keinginan kuat untuk menjadi yang terbaik. Lelaki kelahiran Pare-Pare ini tidak ingin menjadi yang terbaik di lima bidang yang berbeda. Misalnya, ia tidak ingin ahli di bidang kereta api atau kendaraan berida empat. Mantan Presiden RI ke tiga ini hanya ingin hebat pada bidang pesawat terbang. Dan ia berhasil.

Michael Jordan fokus pada basket. Cristiano Ronaldo fokus pada sepakbola. Muhamad Yunus fokus pada microfinance. Bill Gates fokus pada software development computer, Dedi Mizwar fokus pada film. Yusuf Mansur fokus pada ilmu sedekah. Hermawan Kertajaya fokus pada dunia marketing. Mereka dan banyak orang lainnya tidak memecah fokus yang ditekuninya. Dan mereka berhasil.

Thomas A Edison mendaftarkan 1.093 paten. Ia juga menemukan bola lampu hingga gramofon. Lelaki yang pernah dicap idiot oleh gurunya ini tidak mencoba untuk menjadi pedagang besar, penyair terkenal, dan musisi ternama. Ia hanya berfokus pada penemuan-penemuannya. Ia juga memperbaikinya setiap hari. Dan selalu terdorong untuk menjadi penemu hebat dan memberi manfaat bagi dunia. Selanjutnya, ia membiarkan waktu yang menciptakan keajaiban. Dan ternyata, keberhasilan mengetuk pintu bagi orang-orang yang memang fokus pada bidangnya. Mereka para spesialis.

Mungkin Anda ingat akan kisah Pablo Picasso. Suatu hari, seorang wanita melihatnya di pasar dan ia mengambil secarik kertas. ”Tuan Picasso, saya adalah penggemar Anda. Maukah Anda menggambar sedikit untuk saya?” Picasso dengan gembira memenuhi permintaan itu dan menggoreskan sebentuk seni di atas kertas yang diberikan. Sambil tersenyum ia mengembalikan kertas itu sambil berkata, ”Nilai kertas ini bisa jutaan dolar lho.” Wanita itu bingung dan berkata, ”Tapi tuan Anda hanya perlu waktu 30 detik untuk menghasilkan mahakarya ini.” Sambil tertawa Picasso menjawab, ”saya membutuhkan waktu 30 tahun agar dapat menghasilkan mahakarya dalam waktu 30 detik.”

Ketahuilah apa kelebihan Anda. Temukan talenta Anda, lalu berusaha keraslah sekuat tenaga untuk memoles talenta Anda. Ketahuilah apa yang menjadi bagian terbaik dalam hidup Anda. Anda sangat ahli dan menyenangi hal itu. Bahkan Anda terkadang gelisah ketika Anda tidak melakukan hal itu. Mungkin Anda seorang komunikator yang jago dalam bergaul. Mungkin Anda ahli dalam hal memperlancar keadaan. Mungkin Anda seorang inovator yang mampu melahirkan sesuatu yang baru. Mungkin Anda orang yang tekun menjalankan bisnis walau hasilnya kecil namun volumenya besar. Atau Anda seorang yang ahli memberikan nilai tambah sehingga Anda mampu menjual produk yang sama namun dengan harga yang jauh lebih tinggi.

Temukan kelebihan Anda, lalu kembangkan. Fokuslah pada kelebihan Anda dan terus menerus diasah, lakukan perbaikan terus menerus, dan berkomitmenlah untuk menjadi yang terbaik di bidang Anda. Saya yakin tak lebih sepuluh tahun dari sekarang Anda akan menjadi orang yang hebat di bidang Anda. Mungkin orang akan membicarakan atau menulis tentang Anda.

Mari bertaruh dengan saya. Jika Anda sudah menemukan talenta Anda dan mencurahkan waktu setiap hari untuk mengasah talenta itu dan terus menerus memperbaikinya serta berkomitmenlah untuk menjadi yang terbaik di bidang itu, tak lebih dari 10 tahun yang akan datang Anda telah menjadi seorang yang hebat. Ketika itu bawalah hadiah kepada saya, karena saya telah memenangkan pertaruhan ini. Bila Anda gagal, itu karena Anda ingin hebat disemua hal sehingga fokus Anda pecah. Akhirnya Andapun tak mendapatkan semua hal itu.

Salam SuksesMulia, Jamil Azzaini (JA)

sumber : JamilAzZaini

14 November 2009

Yang Terbaik bukan Yang Terbanyak

Ini masih mengenai pelajaran dari peristiwa kematian yang dalam beberapa pekan ini seperti disampaikan dengan artikulasi yang lebih kepada saya.
Umur yang diberikan Allah kepada tiap manusia berbeda - beda. Ada yang sudah umurnya ratusan tahun tetapi masih saja belum "dipanggil menghadap". Sementara yang lainnya ada yang meninggal dalam usia yang masih sangat muda bahkan masih bayi. Tentu ada hikmah yang terkandung dari fenomena ini. Coba saja bila semua manusia diberi umur yang panjangnya sama (taruhlah misalnya 63 tahun) tentu semua orang akan berbuat sesuka hati dalam awal-awal kehidupannya dan menjelang ajalnya segera bertaubat lalu membenahi diri. Manusia akan memanfaatkan masa mudanya semaunya dan menjadikan masa tuanya untuk insyaf. Atau jika ada yang memanfaatkan waktu mudanya untuk berbuat amal shalih tentu dengan target agar dia memiliki amal sebanyak banyaknya.
Allah menenetukan ajal yang berbeda-beda bagi manusia dan tidak seorangpun tahu kapan saatnya ajal tiba adalah untuk menguji manusia. Apakah manusia akan memanfaatkan kehidupannya (yang tidak diketahui kapan berakhirnya) untuk memperbanyak ketaatan kepadaNya ataukah sebaliknya. Apakah manusia akan memilih untuk bersegera memillih dan melakukan amal shalih yang terbaik yang mendatangkan keridhaanNya ataukah akan bersantai-santai dengan menundanya dan tenggalam dalam perbuatan dosa.
Allah SWT berfirman yang artinya :

Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Q.S. Al - Mulk : 1-2)

Di dalam ayat ini Allah menggunakan redaksi "ahsanu 'amala" (yang lebih baik amalnya) bukan "aktsaru 'amala" (yang lebih banyak amalnya). Dengan kata lain yang terpenting adalah kualitas amal kita bukan kuantitas. Idealnya tentu kualitas dan kuantitasnya tinggi. Ada amal-amal tertentu yang memiliki kualitas (tinggi nilainya di hadapan Allah) meski sedikit. Sementara ada amal-amal yang kualitasnya lebih rendah. Misalnya orang yang berjuang di jalan Allah kemudian mati syahid, amalnya memiliki nilai yang tinggi di hadapan Allah. Bahkan orang yang mati syahid diampuni semua kesalahannya, sakaratul mautnya hanya seperti gigitan semut (padahal orang yang mati bukan syahid sakaratulnya seperti 300 kali sabetan pedang), ruhnya diletakkan di dalam paruh burung-burung yang terbang di surga. Amal mereka hanya dilakukan sebentar tetapi pahalanya di sisi Allah luar biasa. Sementara amal- amal lain pahalanya tidak sebesar itu.
Dengan demikian, bukanlah panjangnya umur yang menjadi ukuran. Melainkan amal sekualitas apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan yang kita tidak tahu secepat apa akan berakhir.
Sekarang terserah kita. Apakah kita akan bersantai-santai dalam memenuhi kewajiban kita hingga waktu kita habis, ataukah kita akan bersegera meraih ampunan dan melaksanakan kewajiban kehidupan yang telah dibebankan di pundak kita.
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa" (Q.S. Ali Imran : 133)
Allahu a'lam

ilustrasi : maramissetiawan.files.wordpress.com

11 November 2009

Status Facebook dan Pelajaran tentang Kematian

Ajal memang bisa datang kapan saja. Termasuk pada kondisi dimana seseorang sama sekali tidak siap menyambutnya. "Allaahummaj’al khayra ‘umrii aakhirahu wa khayra ‘amalii khawaatiimahu wa khayra ayyaamii yawma lliqaa’ika". Begitu status yang saya tulis di facebook saya hari minggu kemarin. Hal itu terlintas setelah paginya saya menjenguk lagi bapak mertua yang sedang terbaring sakit di rumah sakit dan mendapat kabar pasien sekamarnya pagi subuh meninggal dunia. Padahal Sabtu sore menjelang maghrib saya masih sempat ngobrol banyak dengannya. Suaranya masih lantang meski kondisi fisiknya lemah. Sama sekali saya tidak menduga ajal akan datang secepat itu.
Seminggu sebelumnya tetangga belakang rumah saya, rumahnya persis saling membelakangi rumah saya juga meninggal dunia. Yang membuat saya terkejut dan ikut shock adalah beliau meninggal karena tersambar kereta api di perlintasan kereta api tak dijaga tak jauh dari rumah.
Beliaulah orang yang setahun lalu memperbaiki rumah saya dan tiap pagi ketika bangun saya mendengar beliau mengobrol dengan istri yang memasak untuk jualan makanan ketika fajar telah menyingsing.
Dua peristiwa itulah yang membuat saya menulis status seperti itu di facebook saya. Dua peristiwa yang membangkitkan kesadaran saya akan peritiwa kematian. Sebenarnya hampir setiap hari hal tersebut kesadaran akan hal itu selalu terusik, ketika mendengar berita duka cita baik di lingkungan tempat tinggal atau lewat berita di berbagai media. Tapi dua peristiwa seperti sebuah pelajaran yang lebih mendalam.
Ternyata pelajaran ketiga datang. Sehari setelah saya menulis status itu, giliran bapak mertua saya yang tengah dirawat di rumah sakit wafat. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Allahumaghfir lahu warhamhu wa'afihi wa'fu 'anhu.
Ya Allah jadikanlah aku dan yang membaca tulisan menjadi orang orang yang cerdas. Yaitu orang - orang yang mau mengambil pelajaran dari peristiwa kematian.

"Allaahummaj’al khayra ‘umrii aakhirahu wa khayra ‘amalii khawaatiimahu wa khayra ayyaamii yawma lliqaa’ika"

18 Juni 2009

Dunia Selebar Daun Kelor

Dunia tidak selebar daun kelor. Begitu ungkapan yang sering kita dengar untuk menjelaskan bahwa dunia ini luas dan penuh harapan. Ungkapan ini biasanya untuk meredakan keputusasaan seseorang. Bahwa di tengah kesulitan dan kegagalan masih ada harapan.
Judul di atas bukanlah untuk menegasikan ungkapan itu. Tetapi memang untuk melukiskan kondisi yang berbeda. Kondisi yang saya maksud adalah seperti ini.
Beberapa waktu lalu saya sering ketemu dengan seorang teknisi dari sebuah perusahan komputer. Dia sering ke kantor saya untuk memperbaiki komputer di kantor yang bermasalah. Karena seringnya ketemu akhirnya dia pun menjadi teman. Hubungan kami tidak saja sebatas urusan kerja. Suatu ketika saya mengirim sms menanyakan sesuatu. Ternyata yang menerima sms itu istrinya. Melihat pengirim sms itu adalah saya, istri teman saya pun menanyakan identitas saya kepada suaminya. Di lain hari saat ketemu saya dia menanyakan apakah saya mengenal istrinya. Ternyata istrinya itu adalah teman sekelas saya waktu SMA. Ternyata dunia tidak luas.
Belum lama ini saya mengambil kredit motor. Saya menghubungi pihak dealer melalui teman yang kemenakannya bekerja di sebuah dealer motor. Saya pun dihubungi oleh bagian pemasaran dan pendek cerita saya akhirnya saya pun jadi membeli sepeda motor dari dealer tersebut. Ketika sepeda motor itu di antar ternyata bagian pemasaran dealer itu (yang ikut mengantar motor itu) adalah tetangga saya, tetapi beda RT beda RW. Kami (saya dan dia) sama-sama setiap hari pergi pagi pulang sore, sehingga sama-sama tidak saling kenal. Kalau saja satu RT barangkali masih ada kemungkinan saling mengenal. Setidaknya di setiap pertemuan warga RT bisa saling ketemu. Dunia ternyata tidak luas.
Dua peristiwa ini (sebenarnya masih banyak yang lain) yang saya maksud dunia selebar daun kelor. Ketika berinteraksi dengan orang-orang baru tak jarang sebenarnya mereka sebenarnya orang-orang yang dekat dengan kita. Hanya kita belum menyadari.

25 Mei 2009

Pak Guru... Bu Guru, Apa Kabar? (Yang terlewatkan)

Ternyata tidak mudah untuk mengingat memori 20 tahun lalu. Meski saya bekerja di tempat di aman memori itu terjadi. Buktinya setelah 4 edisi saya menulis mengenai guru-guru SMA yang mengajar dulu masih ada juga yang terlewatkan. Ada seorang teman yang meminta agar saya menulis beberapa guru yang belum aku tulis. Repotnya ternyata kenangan tentang mereka tidak begitu banyak sehingga cukup sulit menjadikannya sebagai sebuah cerita yang menggugah. Inilah (sebagian) dari mereka yang terlewatkan itu.

41. Hermanto (Pak Her - Guru Keterampilan)
Pak Her termasuk orang serba bisa. Ijazah kependidikannya sebenarnya adalah jurusan Keterampilan Kerajinan. Itu makanya beliau dulu pernah mengajar Seni Ukir. Saya ingat betul waktu mendapat tugas membuat ukiran saya kebingungan mencari papan yang mau saya ukir. Tanpa sengaja saya menemukan potongan papan di tempat parkir. Entah kayu apa tetapi ternyata cukup mudah untuk diukir. Sehingga hasilnya cukup bagus. Setelah mendapat nilai ukiran itu saya pajang di rumah sampai beberapa tahun setelah saya lulus. Sementara teman karib saya Aris SB menggunakan kayu sengon yang seratnya kecil-kecil. Padahal desain ornamen yang dia pilih untuk mengukir kayu rumitnya luar biasa. Walhasil dia kesulitan sendiri.
Pak Her juga pernah mengajar Seni Drama dan ekstra kurikuler karawitan. Dalam sebuah pementasan dalam rangka Cresta Mandhala Bhakti saya dan teman-teman asuhan Pak Her mengiringi pementasan drama dengan karawitan. Salah satu lagu yang dipilih sebagai ilustrasi musik adalah The Final Countdown.
Setelah kurikulum 1994 menghapus pelajarna keterampilan di SMA pak Her mengajar Sosiologi hingga sekarang. Namun ketika kurikulum 2006 membuka peluang utuk tiap sekolah membuat kurikulum sendiri, di samping mengajar Sosiologi Pak Her pun dipercaya mengajar Broadcast bagi siswa kelas Bahasa. Studio One Radio (radio punya SMA Negeri 1 Cilacap) pun telah disiapkan. Hanya saja ijin penyelenggaraan penyiarannya sedang diurus.
Di samping aktif mengajar Pak Her juga dikenal sebagai salah seorang mubaligh di kota Cilacap. Beliau sering mengisi kajian atau khutbah Jum'at di beberapa tempat, termasuk di SMA Negeri 1 Cilacap.

42. Sri Nani, B.A. ( Bu Nani - Guru Ekonomi/ Akuntansi)
Bu Nani adalah wali kelas saya di kelas I-2. Orangnya mungil dan berkulit putih. Karena diajar beliau akuntansi di kelas I saya menjadi tahu sedikit mengenai hal itu. Setidaknya itu bermanfaat ketika saya dan istri dipercaya mengurus sebuah warung milik kerabat. Setelah menikah pada sekitar tahun 90-an Bu Nani pindah ke Kebumen mengikuti suami dan mengajar di salah satu SMA negeri di sana. Sejak itu saya tidak pernah ketemu beliau. Bahkan ketika sedang ramai-ramainya akreditasi kemarin untuk mengurus surat-surat yang ada di SMA Negeri 1 Cilacap beliau meminta bantuan salah seorang adik laki-lakinya.

43. Drs. Suratmaningrum (Pak Ratman - Guru Sejarah)
Pak Ratman adalah panggilan akrab Pak Suratmaningrum. Namanya memang unik. Karena uniknya itu anak-anak sering menyebut pak Ratman dengan sebutan Pak Ningrum. "Hujan lokal rejeki tidak merata" adalah salah satu kalimat yang begitu diingat oleh Prabowo. Entah konteknya seperti apa saya sendiri lupa. Terus terang saya sering tidak mudeng ketika beliau mengajar karena bumbu-bumbu yang beliau sampaikan saat mengajar dengan bercerita tentang keluarganya, tetangganya, dan kerabatnya sering membuat saya lebih ingat bumbu-bumbunya. Tetapi untunglah ada Terry si kidal yang rajin nulis. Ketika musim ulangan tiba saya dan teman-teman sekelas meminjam dan menfoto kopi buku catatan Terry rajin dan mudah dipelajari.
Saya belum berhasil melacak keberadaan pak Ratman saat ini. Yang jelas beliau pindah tugas pada sekitar jaman-jaman saya masih sekolah.

44. Drs. Sudibyo (Pak Dibyo - Guru Bahasa Inggris)
Selama di SMP saya belajar bahasa Inggris dengan bahasa pengantar Bahasa Indonesia. Cukup kaget saya ketika di kelas I SMA pak Dibyo mengajar 100% in English. Saya pun mati kutu. Sudah begitu beliau yang jarang senyum membuat saya jadi hilang selera belajar Bahasa Inggris. Lebih-lebih ada salah seorang teman yaitu Darmono yang karena terlambat masuk kelas dimarahi pakai Bahasa Inggris.
Beliau entah pindah kemana. Saya juga belum memperoleh informasi.

45. Dra. Yanu Fenina Yunta Yunti (Bu Nina - Guru Bahasa Indonesia)
Nama belakangnya yang unik membuat saya dan teman-teman mengira beliau bukan orang Jawa. Tetapi beliau asli orang Suroboyo. Panggilanya Bu Nina tetapi teman-teman sering menyebutnya Bu Yunta Yunti. Salah satu hal yang masih saya ingat adalah ketika beliau mengeritik kalimat dalam Kata Pengantar pada setiap makalah yang ditulis siswa. terutama pada bagian akhir yang menyatakan bahwa penulis menyadari bahwa makalahnya belum sempurna, "Kalau belum sempurna kenapa tidak disempurnakan dulu?" katanya.
Bu Nina "mengalami nasib" yang hampir sama dengan Pak Satyo. Beliau diangkat menjadi Pengawas meskipun beliau belum pernah menjadi kepala sekolah. Bedanya, entah kenapa beliau sekarang malah dipindahtugaskan di Badan Diklat Pemkab Cilacap. Pada Outbond yang diselenggarakan SMA Negeri 1 Cilacap Maret lalu Bu Nina adalah salah satu pemandunya.

46. Dra. Sri Sulasmi (Bu Lasmi - Guru Bahasa Indonesia)
Saya tidak ingat kapan tepatnya bu Lasmi mengajar kelas saya. Saya mengenal beliau lebih banyak setelah menjadi karyawan SMA Negeri 1 Cilacap. Beliau termasuk guru yang suka melucu. Saingan utamanya adalah Bu Enggar (Guru Ekonomi). Dalam beberapa perjalanan wisata dimana dua orang ini berada dalam satu bus dengan saya pasti beliaulah yang selalu mmbuat penumpang lain tertawa dengan guyonan - guyonannya. Dalam perjalanan wisata terakhir saya mencoba ambil bagian dengan melempar beberapa tebakan. Ternyata mereka menganggap saya menjadi pesaing baru (hi hi hi).
Bu Lasmi sebagaimana sebagaian ibu-ibu guru yang lain sekarang sudah berkerudung. Alhamdulillah.

47. Bayu (Pak Bayu - guru Seni Drama)
Mohon maaf, memori saya mengenai beliau sangat sedikit. Bahkan sampai namanya sekalipun. Yang saya ingat namanya Pak Bayu. Yeni Purwo ingatnya Pak Eko. Barangkali saja namanya Pak Eko Bayu ya? Yang jelas beliau mengajar drama. Hanya sebentar. Yang masih saya ingat hanyalah ketika beliau mengatakan, "Buat saya satu anak tidur lebih baik dari pada satu anak ramai". Selain itu tidak ada yang saya ingat.

48. Zurowiyati (Bu Zuro - Guru PMP)
Beliau mengajar di kelas I tapi juga tidak lama. Setelah itu beliau pindah entah kemana. Pernah ada seorang kenalan menceritakan bahwa dia ketemu dengan Bu Zuro. Tetapi sulit buat saya untuk mengingat secara detail teman itu ada dimana, mengontak saya lewat apa, dan bu Zuro sekarang mengajar dimana. Jadi lagi-lagi saya harus minta maaf untuk ini.

Rupa-rupanya cukup banyak kenangan yang sudah terkubur oleh begitu banyak peristiwa selama kurang lebih 20 tahun ini. Tetapi kenangan itu akan terbangkitkan kembali mana kala teman-teman seangkatan ikut berpartisipasi menyumbangkan cerita. Saya berharap teman-teman tidak tinggal diam dan sekedar membaca apa yang saya tulis. Tetapi tulislah sesuatu agar kenangan itu muncul kembali.
Tulisan - tulisan ini memang tidak ditujukan agar kita kembali hidup di masa lalu. Tapi mari kita mengambil pelajaran dari masa lalu masa depan kita

18 Mei 2009

Pak Guru... Bu Guru, Apa Kabar? (4)

Seharusnya Senin lalu saya melanjutkan menulis kelanjutan crita menganai Guru-guru SMA Negeri 1 Cilacap era 1987- 1990 seperti sudah saya janjikan, tetapi karena kesibukan kerja terpaksa saya tunda. Inilah kelanjutannya :

31. Drs. Hartoyo (Pak Hartoyo - guru Geografi)
Beliau ini juga tidak pernah mengajar di kelas saya. Tetapi sangat mungkin di kelas lain. Saya juga lebih mengenal beliau setelah bekerja. Ya maaf saja kalo saya tidak bisa menulis satu kenangan pun mengenai beliau.







32. Mokh. Kalyubi, B.A. (Pak Kalyubi - Guru Seni Rupa)
Gambar mistar adalah salah satu mata pelajaran yang pernah beliau ajarkan. Meski saya senang dnegan gambar - menggambar tetapi saya merasa kesulitan untuk membuat karya yang bagus dalam bidang ini. Hasilnya selalu saja belepotan. Saya ingat betul beliau pernah menyuruh para siswa untuk membuat tugas dengan menggunakan pewarna dari kertas crap dan obat merah. Pak kalyubi adalah orang yang serba bisa. Terbukti disamping mengajar seni rupa beliau juga mengajar seni suara. Bahkan Mars SMA Negeri 1 Cilacap adalah ciptaannya. Beliau juga orang yang selalu ceria. Tak pernah tampak kesedihan atau kemarahan di wajah beliau. Selama saya bekerja dan bekerja sama dengan beliau yang saya temui adalah beliau selalu menyanyi. Beliau pensiun beberapa tahun lalu dan sekarang membantu putranya yang mempunyai usaha toko barang elektronik.

33. Betrinelis, B.A. (Bu Beth - Guru Seni Musik)
Aslinya beliau ini guru geografi, tetapi entah kenapa justru lebih enjoy mengajar seni musik. Beliau pindahan dari SMA 15 Jakarta. Di sana beliau juga mengajar seni musik. Bahkan salah seorang anak didik beliau di sana telah berhasil menjadi penyanyi terkenal yaitu Tri Libel. Tka heran bila kehadiran beliau sempat menggegerkan belantika paduan suara di Cilacap. Konon ada sekolah lain di Cilacap yang merasa iri paduan suara SMA kita dibina oleh gurunya Trio Libel.




34. Diwarso, B.A. (Pak Diwarso - Guru Orkes)
"Mr. Opening Ceremony" begitu teman-teman menjuluki beliau. Pasalnya beliau menyebut pemanasan sebelum olah raga dengan istilah opening ceremony. Sayangnya beliau kurang dalam memberi contoh dalam melakukan kegiatan olah raga, sehingga suatu ketika Yoga salah posisi waktu praktik loncat indah dengan matras. Yoga sempat "ketekuk", tapi untuk tidak apa - apa.
Sebelum akhirnya mengambil pensiun dini beliau sempat diangkat sebagai pustakawan. Dengan pensiunnya beliau praktis sekolah kita hingga hari ini tidak punya pustakawan. Yang ada hanya petugas perpustakaan. tetapi kendati begitu perpusratakaan sekolah kita menjadi juara 2 tingkat Jawa Tengah lo....
Kalu teman-teman ingat, Bu Diwarso adalah yang membuka warung di sebelah selatan perpustakaan. Warung ini yang menjadi langganan teman-teman. Salah seorang putra beliau yaitu Y. Pratikto adalah teman kita dari kelas IPS. Istri Tikto sekarang juga menjadi penjual di salah satu kantin SMA kita. Hanya belakangan katanya lebih sering tutup karena sibuk dengan bisnin MLMnya.

35. Darmo Saputro, B.A. (Pak Darmo - Guru Orkes)
Orangnya kurus dan bicaranya pelan. Saya tidak ingat kapan persisnya beliau mengajar di kelas saya. Tetapi mungkin bukan di kelas II dan III. Pasalnya salah seorang putra beliau adalah anak A1 yaitu Koko (Sujatmiko). Meski ketika menjadi guru badannya kelihatan kurus dan sepertinya pernafasannya terganggu, namun setelah pensiun justru badannya menjadi lebih gemuk dan segar. Jangan-jangan karena muridnya yang bandel-bandel ya? sehingga beliau ngenes.
Setelah pensiun dini setahu saya beliau pernah menekuni usaha kecil-kecilan dengan sang istri.

36. Drs. Sasayto (Pak Satyo - Guru Orkes)
Beliau adalah pindahan dari SMEA Negeri. Cara mengajar dan ketidakraguan beliau dalam memberi contoh membuat anak-anak bersemangat mengikuti pelajaran oleh raga. Kalau tidak salah blaiu juga pernah mendampingi Pak Salman menjadi pembina Larepa. Sehingga anak-anak Larepa pasti punya kenangan naik gunung bersama beliau.
Saat ini beliau menjadi pengawas. Beliau adalah salah satu orang yang menjadi pengawas tanpa pernah menjadi Kepala Sekolah lebih dulu. Karena itu beliau saat ini beliau ngantornya di Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah raga Kabupaten Cilacap. Namun karena putri beliau sekarang menjadi siswa SMA Negeri 1 Cilacap, beliau jadi masih sering bertandang. Baik untuk urusan dinas atau sekadar menjemput putrinya. Gayanya yang murah senyum dan ramah tidak berubah kendati sudah mempunyai kedudukan sebagai pengawas.

37. Sri Hartati, SPd (Bu Tati - Guru PKK)
Bu Tati dulu adalah wali kelasnya Munjid. Itu juga menurut cerita yang diriwayatkan oleh Achmad Munjid. Ijazah beliau memang sebagai guru keterampilan. Namun setelah pendidikan keterampilan dihapus pada kurikulum beliau 1994 beliau kuliah lagi dan mengambil jurusan bimbingan karir. Jadilah beliau sekarang sebagai guru BK. Saya tidak begitu ingat apakah beliau mengajar saya atau tidak. Karena yang saya ingat justru guru keterampilan yang lain.




38. Isdiati, B.A. (Bu Is - Guru BK)
Guru keterampilan yang paling saya ingat adalah Bu Is. Kendati beliau guru BK tetapi beliau juga mengajar keterampilan. Keterampilan yang blaiu ajarkan adalah PKK. Yang masih tersisa dalam ingatan saya adalah ketika kelas I saya dan teman-teman sekelompok disuruh membuat donat. Dasar tidak pernah masak, donatnya hancur. Waktu itu salah satu teman sekelompok saya adalah Arwan Setiarto.
Bu Is wafat setelah menderita sakit beberapa tahun lalu. Sebelumnya beliau sudah memasuki masa purna tugas.

39. Slamet Lasimun, B.A. (Pak Slamet - Guru PSPB)
Pendidikan Supaya Pelajar Bingung. Begitu plesetan yang dibuat Prabowo untuk Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa. Sebenarnya pelajaran ini sudah tercakup dalam pelajaran sejarah tetapi entah kenapa masih ada PSPB. Suatu hari Pak Slamet menugasi untuk siswa untuk membuat puisi perjuangan. Suatu hal yang susah buat saya, meski teman-teman pernah mengenal saya sebagai orang yang suka buat puisi. Yang membuat jengkel adalah ketika Joko Susilo bertanya, "berapa bait, pak?" Pertanyaan yang biasa saja tetapi buat saya itu menjadi beban. Kenapa tidak dibuat saja 1 atua 2 bait. Dengan pertanyaan seperti itu justru malah menambah persoalan. Untung Pak Slamet tidak menentukan jumlah baitnya. Coba kalau beliau menentukan 5 atau 10 bait? Capek deh...
Setelah pensiun Pak Slamet hingga kini masih menjabat sebagai Kepala SMA Jenderal Sudirman Cilacap. Sebenarnya kasihan juga. Menurut saya saya beliau sudah terlalu sepuh untuk memegang tanggung jawab sebagai kepala sekolah. Sebaiknya diganti oleh yang lebih muda.

40. Sri Gambirosini (Bu Gambir - Guru Ekonomi)
Sebagai anak Fisik saya tidak pernah diajar beliau. Tetapi mungkin anak-anak IPS iya. Saya lebih mengenal beliau sebagai istri Pak Rukam Efendi . Seorang pengusaha toko bahan bangunan yang memiliki 3 toko di Cilacap. Itu saja, saya tidak bisa mendongeng banyak mengenai beliau. Saya berharap teman-teman IPS seperti Heru bisa menambahkan cerita mengenai beliau ini.

Bersambung (jika diperlukan)

04 Mei 2009

Pak Guru... Bu Guru, Apa Kabar? (3)

Setelah pekan kemarin saya menulis edisi 2 mengenai para guru SMA Negeri 1 Cilacap di era 1987 - 1990, ternyata beberapa teman menyambut baik. Claudia, Yeni, dan Giok adalah di antaranya. Mudah-mudahan teman teman yang lain segera menyusul mengunjungi blog ini dan menemukan memori yang tertindih begitu banyak pengalaman hidup selama hampir 19 tahun setelah lulus SMA.

21. Nuradi Sosrosuwito (Pak Nur - guru Matematika)
Seingat saya beliau tidak pernah mengajar di kelas saya. Tetapi anak-anak A1 punya kenangan ketika dengan beliau yang ketika itu menjadi salah seorang Wakil Kepala Sekolah. Cerintanya, ketika itu jadwal pelajaran Fisika sementara pak Sugeng tidak ada di tempat karena harus mengampu Ananto mengikuti Lomba Fisika (kalo sekarang Olimpiade Fisika kali ya?). Anak - anak A1 tidak mengambil tugas yang ada di guru piket tetapi malah memulangkan diri. Parahnya tidak hanya mbolos, tetapi pintu kelas ditutup dan dihalangi dengan bangu panjang.
Esok harinya kunci kelas A1 yang biasa disimpan di ruang Waka disembunyikan. Praktis anak - anak tidak bisa masuk kelas. Sebenarnya kalau mau lompat jendela biasa saja, tetapi sebandel-bandelnya anak A1 masih punya jiwa satria. Bowo dan Jatmiko sebagai wakil kelas menghadap pak Nur untuk mengambil kunci. Entah apa yang mereka bicarakan di suang Waka, yang jelas 2 jam pelajaran pertama berlalu tanpa sapa.
Kemudian Pak Nur masuk kelas dan kamipun ditatar habis. "Buat apa sih kalian pulang gasik," tanya beliau. Nak-anak pun hanya terdiam. Tetapi Sairno didekat saya yang duduk di bangku belakang bisik-bisik, "Aku dadi bisa ngumbaih gasik, koh... (Aku jadi bica cuci baju pagian, kok...)".
Pak Nur sempat menjadi kepala SMA Negeri Maos sebelum kahirnya di angkat menjadi Pengawas. Setelah pensiun beliau sempat menjadi Kepala SMA Islam Al-Irsyad Cilacap.

22. Sunyoto (Pak Nyoto - Guru Matematika)
Orangnya sangat pendiam dan sama sekali tidak pernah marah. Padahal sikap anak-anak A1 sudah sangat keterlaluan. Pernah suatu saat (alm) Herna membeli es dawet di warungnya bu Diwarso (di dekat perpus) kemudian disorongkan lewat jendela kemudian masuk lewat pintu dan diminum sementara pak Nyoto mengajar di depan kelas. Karena dibiarkan saja, lain harinya (alm) Herna mengulangi. Kali ini es dawet itu dibawa masuk lewat pintu depan dan sepengetahuan pak Nyoto.
Sementara itu Pramono pernah bermain "dara-daraan" yang dilemparkan tepat di sebelah Pak Nyoto yang sedang menulis di papan tulis. Saya sempat menyangka bahwa kali itu Pak Nyoto pasti marah. Tetapi ternyata beliau hanya menoleh.
Kalau guru - guru lain biasanya memegang buku-buku dari penerbit yang ketika itu mulai banyak bermunculan, pak Nyoto tetap menggunakan buku paket yang dikeluarkan Depdikbud. Kendati demikian apa yang beliau ajarkan selalau keluar dalam ulangan. Sehingga ada salah seorang guru yang berpesan, "Jangan pernah sepelekan pak Nyoto".
Pak Nyoto tinggal di Purwokerto sehingga praktis tiap hari beliau bolak - balik Purwokerto - Cilacap. Mungkin karena alasan itulah akhirnya beliau pindah ke sana.

23. Muhtarom, SPd (Pak Tarom - guru Matematika)
Beliau adalah guru favorite anak - anak A1. Bagi sebagian besar anak - anak cara mengajarnya mudah dipahami dan sikap beliau menyenangkan. Suatu ketika beliau pernah kita buat kesal. Ceritanya Pak Tarom terpaksa terlambat karena harus mengurus surat-surat untuk pernikahannya yang akan berlangsung beberapa saat kemudian. Belum lagi beliau datang anak-anak sudah berhamburan keluar kelas, ada yang main ping pong, ada yang ke warung, ada yang ke perpustakaan.
Ketika datang, beliaupun tidak bisa menyembunyikan kekecewaan beliau atas sikap anak - anak. Karena menahan emosi beliaupun hampir - hampir menangis.
Kenangan yang lain mengenai beliau adalah ketika anak - anak menghadiri undangan pernikahan beliau dengan ibu Setya Nurani di jalan Lettu Suparto Kroya. Saya dan teman-teman lain berkonvoi sepeda motor dari Cilacap ke Kroya. Ternyata di daerah Karangkandri ada tilangan dan beberapa teman sempat kena tilang. Sementara saya dan Aris yang menggunakan -motor yang sebenarnya tidak beres- bisa selamat dari tilang dan mendahului teman-teman.
Sekarang Pak Tarom tinggal di Cilacap bahkan satu RW dengan saya. Sejak naik haji beliau tidak pernah lepas dari kopiahnya.

24. Dra. Puji Astuti Wardhani (Bu Ety - guru Matematika)
Beliau adalah wali kelasnya Ratih Irawati. Tapi entah waktu kelas berapa. Di Kelas A1 beliau kapok mengajar, karena anaknya yang luar biasa mbeling. Ketika beliau mengajar anak - anak ribut sendiri. Giliran beliau diam anak-anak bukanya jadi diam tapi tetap ramai tapi ramainya pura -pura membahas pelajaran.
Beliau hingga saat ini masih aktif mengajar dan kadang-kadang ngenet (internetan). Beliau juga punya account di face book. Tetapi karena tidak begitu rutin harus bersabar bagi teman-teman yang mau mengundangnya bergabung di facebook.

25. Sungadi, B.A. (Pak Ngadi - guru Biologi)
Beliau adalah wali kelas Bio. Gaya bicaranya yang unik sering ditirukan oleh Bowo. Beliau sebenarnya suka bercanda tetapi karena gaya bicaranya yang kadang seperti tanpa ekspresi membuat anak - anak kadang kurang ngeh dengan guyonannya.
Teman teman tentu ingat dengan kaca mata beliau yang lensanya tebal. Ya, karena gangguan pada penglihatan ini, beliau pernah menjalani operasi mata. Karena sebab itu pul akhirnya beliau memilih untuk pensiun dini. Terakhir ketemu pada pertengahan Maret lalu blaiu tampak sehat dan saya dengar beliau masih sering ikut tenis lapangan.

26. Drs. Muryanto ( Pak Mur - guru Biologi)
Dari guru biologi yang pernah mengajar beliaulah yang cara mengajarnya relatif bisa saya pahami. Tetapi kendala utama belajar biologi buat saya adalah menghafal nama latin yang susah. Paling - paling juga ingatnya ascaris lumbricuidest (cacing tanah) dan Canis familiaris (anjing).
Pak Mur pernah dibuat marah oleh Bowo yang bercandanya keterlaluan. Maunya Bowo ngledek Kuat tetapi Pak Mur tidak berkenan.
Sekitar 5 tahun lalu Pak Mur diangkat menjadi Kepala SMA Negeri Kedungreja dan sekarang dimutasi menjadi Kepala SMA Negeri Maos.

27. Drs. Bambang Whisnu Barata (Pak Bambang - guru Biologi)
Beliau tidak mengajar kelas A1 tetapi pasti mengajar kelas lain. Karena tidak mengajar praktis saya juga tidak punya kenangan khusus mengenai beliau. Saya lebih banyak mengenal beliau setelah bekerja di SMA Negeri 1 Cilacap. Kendati nama yang tertulis di DUK (Daftar Urutan Kepegawaian) Drs. Bambang Whisnu Barata tetapi beliau lebih dikenal sebagai pak Bambang Sumantri. Ketika saya konfirmasi kenapa tidak ada nama "Sumantri"nya beliau hanya menjawab, "Sumantrine ngenger".
Ternyata nama yang tercantum di ijazah putra beliau malah lebih panjang lagi.


28. Sukarno, B.A. (Pak Karno - Guru Sejarah)
Kalau berhalangan mengajar biasanya pak Karno meninggalkan catatan yang sudah diketik untuk di foto kopi dan dipelajari siswa. Suatu ketika Aris pernah menghilangkan master catatan beliau. Diapun harus menggantinya dengan mengetik ulang dari kopiannya. Gaya bicaranya yang pelan ditambah jam pelajarannya yang seringkali jam terakhir sering membuat saya tak mampu menahan kantuk. Tetapi herannya meski saya duduk di depan dan terkantuk-kantuk di dekat beliau saya tidak ditegur. Barangkali buat belaiu satu anak yang ngantuk lebih baik dari pada satu anak yang berisik, ya?
Beliau sempat diangkat menjadi Kepala SMA Negeri Kroya (sekarang SMA Negeri 1 Kroya) sebelum pensiun. Yang menonjol dari beliau adalah semangatnya untuk menjalin silaturrahmi dengan warga SMA Negeri 1 Cilacap kendati sudah pensiun. Beliau aktif tetap aktif menjadi anggota Koperasi Karisma SMA Negeri 1 Cilacap, meski mulai sakit-sakitan. Bahkan dalam kondisi lemah karena terserang stroke beliau masih menyempatkan untuk menghadiri Reuni Angkatan 1981 pada tahun 2006 dan Reuni Akbar pada Desember 2007, walaupun harus dipapah atau menggunakan kursi roda.
Beliau wafat setelah dirawat beberapa bulan bertepatan dengan pengumuman Obama sebagai pemenang Pilpres AS.
Salah seorang putra beliau yaitu Basuki Priyo Nugroho adalah alumni tahun 1990 dan dulu menjadi ketua OSIS. Sekarang menjadi pejabat di lingkungan pemkab Cilacap.

29. Ngadiyo, B.A. (Pak Ngadiyo - Guru Geografi)
"Anak Fisik itu seharusnya bisa menggambar garis lurus tanpa garisan..." begitu pendapat yang pernah terlontarkan beliau ketika beliau mengajarkan tentang peta langit. Meski guru Geografi rupanya beliau adalah pembina siswa adalah lomba P4.
Pada 1992 beliau diangkat menjadi Kepala SMA Negeri 2 Sidareja (sekarang SMA Negeri Cipari) dan saya adalah salah atu karyawan beliau yang membatu beliau "trukah" (Babad Alas) di unit gedung baru itu.
Beliau menginggal dunia karena komplikasi berbagai penyakit dalam lebih dari 10 tahun lalu ketika masih menjabat sebagai kepala sekolah di Cipari.

30. Drs. Endah Wahyuni (Bu Endah - guru Geografi)
Beliau adalah wali kelas II A1. Sebagai wali kelas tentu beliau kenyang dengan kenakalan anak-anak siswa A1. Ketika menikah beberapa anak A1 ikut membantu menjadi pengiringnya. Dalam hal ini tentu dipilih yang berpenampilan menarik seperti Aris SB. Kalau saya sih tidak masuk kategori.
Sampai saat ini beliau masih aktif mengajar dan tidak banyak yang berubah dari beliau. Kalaupun ada paling karena usianya yang terus bertambah sebagaimana kita.



Untuk edisi 3 ini sementara 10 orang ini dulu saja. Masih banyak yang belum saya ungkap seperti Pak Hermanto, Pak Kalyubi, Bu Bet, Pak Diwarso, Pak Satyo, Pak Darmo, Bu Gambir, Bu Tati, Pak Slamet Lasimun, Bu Isdiati, dan masih banyak lagi)

27 April 2009

Pak Guru... Bu Guru, Apa Kabar? (2)

Pekan lalu saya sudah menulis mengenai beberapa guru SMA Negeri 1 Cilacap di era saya SMA dulu. Sekadar untuk mengingatkan jasa mereka dan berikut lanjutannya.

11. Drs. Bardja (Pak Bardjo - Guru Bahasa Inggris)
Saya tidak begitu mengenal beliau secara pribadi ketika SMA. Satu-satunya hal yang berkesan adalah namanya yang singkat dan jelas itu. Beliau adalah guru yang bertugas melayani saya ketika saya mendaftar sebagai siswa pada tahun 1987. Saya loebih mengenal beliau justru setelah saya menjadi karyawan di SMA Negeri 1 Cilacap. Ternyata beliau adalah orang yang memiliki kemampuan luar biasa untuk mengingat dengan detail para siswa yang pernah diajarnya.
Pak Bardjo baru berpulang pada Februari 2009 lalu setelah sekitar setengah tahun menderita sakit. Teman-teman guru dan karyawan SMA Negeri 1 Cilacap mengenal beliau sebagai guru yang rajin dan tidak suka mengeluh. Selamat jalan Pak Bardjo

12. Nunung Atik Supriyati, SPd
"What is the coresponding verb of ..." itulah pertanyaan itu yang sangat saya ingat ketika beliau mengajar saya di kelas I. Padahal urusan yang seperti itu saya paling ga mudeng. Beliau hanya mengajar saya di kelas I. Setelah itu beliau tidak mengajar di kelas saya lagi. Entah di kelas A2, A3, dan A4. Beliau adalah salah satu dari 2 orang guru yang pernah mendapat kesempatan untuk mengikuti program kunjungan ke USA pada tahun 2007 selama beberapa minggu. Saat ini beliau masih aktif mengajar.




13. Retno Hendria (Bu Retno - Guru Bahasa Inggris)
"You are my sun shine, my only sun shine, You make me happy, when sky are grey..." itulah lagu yang pernah diajarkan beliau untuk menjadikan pelajaran bahasa Inggris menjadi menarik dan tidak menegangkan. Nyatanya memang pelajaran bahasa Inggris yang jaman itu masih merupakan momok bagi sebagian siswa jadi tidak terasa menakutkan. Paling tidak saya jadi lebih terasa enjoy, meski tetap saja nilai Bahasa Inggris saya 5.
Tidak banyak informasi yang saya peroleh mengenai keberadaan beliau saat ini. Yang pernah saya tahu adalah beliau pernah juga mengajar di SMA Negeri 2 Cilacap, dan SD Pertamina.

14. Drs. Sugeng Setyo Budi (Pak Sugeng - Guru Fisika)
Beliau adalah guru Fisika yang dikenal pinter di kalangan siswa. Tetapi bagi sebagian siswa penjelasan beliau cukup susah dipahami. Salah seorang yang ra mudheng - mudheng adalah Pranowo. Dia sering mengeluhkan kekurangpahamannya pada penjelasan yang disampaikan Pak Sugeng. Kalau buat saya si... bisa dipahami. Hal yang membuat saya susah memahami adalah ketika pokok bahasan hukum Kirchof II. Saya punya dua buku yang penjelasannya berbeda sementara penjelasan Pak Sugeng berbeda lagi. Lah... mumet kiye...
Yang tidak bisa saya lupakan adalah ketika awal-awal kelas II, sebagai anak-anak pilihan siswa kelas II A1 menjadi pada gemagus, gembeleng, tur kemlithak. Untuk memberi pelajaran pada Ulangan Mid Semester 1 Pak Sugeng membuat soal yang lebih rumit. Walhasil sekelas II A1 nilainya jeblok semua kecuali Yeni yang memang pinter. Hayuh kowe, mulane aja pada gembeleng. Padahal soal yang dibuat beliau ini sebenarnya masih dalam jangkauan para siswa. Semua materi sudah pernah beliau ajarkan, tapi karena sok-sokan jadi pada ga bisa deh.

15. Dra. MMA Arientatmi (Bu Arin - Guru Fisika)
Ibu yang satu ini hanya mengajar saya di kelas I, karena di kelas II dan III pak Sugenglah yang terpilih mengajar kelas A1. Karena hanya mengajar sebentar bahkan sempat cuti melahirkan tidak banyak kenangan yang terekam di benak saya. Paling - paling namanya yang mirip dengan salah satu penghuni A1, Arin Supriyadi. Pada pada Arine






16. Soemadi, SPd (Pak Madi - Guru Fisika)
Sak jeg jumleg, saya tidak pernah diajar Pak Madi, sehingga seperti bu Arin tidak banyak kenangan yang saya simpan kecuali apa yang terjadi setelah saya bekerja di SMA Negeri 1 Cilacap. Beliau mengajar kelas A2. Menurut riwayat dari anak-anak Bio beliau adalah guru yang galak (hi hi maaf pak..). Tapi selama belasan tahun saya bekerja di SMA 1 Cilacap saya tidak menemukan tanda-tanda kegalakan pada diri beliau. Berati fitnah, kalo pak Madi itu galak. Padahal fitnah kan lebih cape dari pada fitnes. Kalau




17. Salman Capati, SPd (Pak Salman - guru Kimia)
Oleh anak - anak Larepa biasa dipanggil "ramane" atau dengan kata lain Pak Salman adalah ramane (bapaknya) anak-anak Larepa. Beliau hanya mengajar sebentar di kelas A1. Sebagai pembina anak pecinta alam beliau berpengalaman mendaki berbagai gunung di nusantara ini. Kendati kini sudah pensiun (yang artinya usianya sudah lebih dari 60 tahun) tetapi tetap sehat. Setelah purna tugas akhir Juni tahun 2008 beliau kini menjadi salah seorang pengurus Komite Sekolah dari unsur orang tua siswa. Keluarga Pak Salman adalah keluarga SMA Negeri 1 Cilacap. Beliau sendiri adalah alumni SMA Negeri 1 Cilacap dan sekarang termasuk aktifis Ikasmaricap (Ikatan Alumni SMA Negeri 1 Cilacap). Demikian juga dengan istri beliau dan 2 orang putranya adalah lulusan SMA Negeri 1 Cilacap). Putri beliau satu-satunya kini juga duduk di kelas X SMA yang sama. Benar-benar keluarga SMA Negeri 1 Cilacap.

18. Fety Mariyani, B.A. (Bu Festy - Guru Kimia)
Beliau adalah guru yang banyak dikenang terutama oleh mantan anak-anak kelas I-1, seperti Claudia, Asih, Yoga, Teguh Py, Aris dan kawan-kawan. Maklum saja beliau adalah wali kelas I-1 ketika itu. So, Kenangan soal beliau tentu anak-anak I-1 yang lebih punya banyak cerita. tetapi saya yang dari kelas I-2 juga suka dengan cara beliau mengajar dan sifat penuh kasih sayangnya kepada para siswa. Sampai - sampai anak kelas II A1 protes ketika sekolah memutuskan beliau tidak mengajar di kelas II A1.



19. Ani Purwati, SPd (Bu Ani - Guru Kimia)
Protes siswa kelas II A1 ketika bu Festy tidak mengajar di kelas itu adalah karena yang mengajar Kimia adalah Bu Ani. Tapi protes itu tidak diindahkan sekolah dan Bu Ani tetap mengajar di kelas II A1. Ternyata gaya mengajar Bu Ani dan sikap penuh perhatian beliau membuat anak - anak akhirnya melupakan permitaannya untuk diajar Bu Festy. Bu Ani adalah Wali Kelas III A1. Sehingga semua anak A1 tentu ingat betul dengan ibu yang sekarang berkerudung ini. Terutama teman-teman yang setelah praktes uji selulosa memasak agar-agar yang tidak jadi dipakai buat praktek di lab Kimia dan dimakan. Salah satu yang melakukan hal itu adalah almarhum Herna.
Bu Ani pernah bercerita bahwa sebelum meninggal Herna pernah menemui beliau dan mengatakan dalam waktu dekat akan segera mengirim undangan pernikahan. Ternyata Sang Penguasa Kehidupan berkehendak lain. Setelah Herna meninggal iseng saya tanya Bu Ani, " Bu, sampun sios dipun aturi undangan Herna? (Bu... udah jadi dikasih udangan Herna?" beliau menjawab, " Ah ojo to, mas...( Ah jangan dong, mas)".
Bu Ani juga pasti diingat oleh Claudia, Catherine, Ester, dan Asih yang sering diajak mempersiapkan praktikum Kimia ketika mereka tidak ikut pelajaran karena jadwalnya pelajaran agama Islam (mereka kan Non Islam)

20. Dra. Siti Supatmi (Bu Patmi - Guru Kimia)
Bu Patmi bergabung menjadi staf pengajar SMA Negeri 1 Cilacap bersaman dengan Pak Sugeng dan Bu Nunung. Penempatannya sebagai PNS berbarengan kali ya? Kimia Karbon adalah yang beliau ajarkan. Ketika itu kelas A1 diajar oleh 2 guru Kimia dengan jadwal dan materi yang berbeda yaitu bu Ani dan Bu Patmi. Salah satu hal yang diajarkan adalah salah satu senyawa karbon yang namanya sama dengan salah satu penghuni kelas A1 yaitu "Ester". Wah, di mana ya Ester sekarang?
Hal yang tidak saya sangka-sangka adalah dulu nilai kimia saya jelek - bahkan nilai EBTANAS Kimia jeblok- tetapi sekarang saya bekerja di Lab. Kimia membantu guru - guru yang dulu mengajar saya.

bersembung (tambah seru lagi)

19 April 2009

Pak Guru... Bu Guru, Apa Kabar? (1)

Kendati kita ketika masih sekolah nakalnya na'udzubillah, tapi ketika telah lulus sekian lama jasa para guru menjadi hal yang tak terlupakan. Tak terkecuali teman-teman seangkatan yang saat ini tersebar di seluruh penjuru dunia.
Berikut saya muat profil beberapa guru yang mengajar saya dan teman-teman seangkatan Alumni 1990 SMA Negeri 1 Cilacap. Mudah - mudahan bisa mengobati rasa kangen teman - teman terhadap mereka. Karenanya tulisan ini memang saya tujukan buat teman-teman alumni SMA Negeri 1 Cilacap khususnya angkatan 1990.

1. Dra. Hastuti, Sk (Bu Tuti - Kepala Sekolah)
Beliau adalah yang menjabat Kepala sekolah jaman. Beliau adalah satu-satunya kepala sekolah perempuan sepanjang sejarah sekolah kita. (setidaknya hingga hari ini). Sekitar tahun 1991 beliau pindah ke Semarang mengikuti suami dan pensiun di sana. Sekarang beliau tinggal di kota lumpia itu.




2. Drs. Akhmad Narsanto (Pak Narsanto - guru Agama Islam)
Orangnya sederhana dan baik hati. Tak pernah marah. Seingat saya dia mengajar saya aktu kelas 1. Ketika itu beliau "ngekos" di sekolahan. Maklum rumahnya jauh di daerah Dukuhwaluh Purwokerto. Karena pertimbangan jauh itulah kemudian pindah tugas.

3. Drs. Muhammad Sukiman (Pak Kiman - guru Agama Islam)
Beliau sebenarnya guru yang diperbantukan dari Depag. Orangnya juga baik hati dan tak pernah marah. Sebelum pensiun beliau dipindah ke SMA Negeri 2 Cilacap sampai pensiun. Terakhir ketemu (sekitar 1,5 tahun yang lalu) beliau masih dalam keadaan sehat, meski tubuhnya tetap kecil seperti dulu.

4. Drs. Wasroh Wahyudin (Pak Wasroh - guru Agama Islam)
Sama seperi Pak Sukiman beliau juga guru Depag yang ditugasi untuk mengajar di sekolah kita. Salah seorang putranya (Novi) adalah siswa seangkatan kita (jurusan Bio). Beliau dipindah tugaskan ke SMA Sri Mukti dan STM Dr. Sutomo sampai pensiun. Di kampung beliau dikenal sebagai tokoh masyarakat. Sering mengisi pengajian. Sehingga di masa purna tugasnya beliau tetap aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.

5. Sardiyo, B.A. (Pak Sardiyo - guru Bahasa Indonesia)
Sebenarnya (menurut ijazahnya) beliau guru bahasa Jawa. Tapi entah bagaimana ceritanya sehingga beliau mengajar Bahasa Indonesia. Salah seorang putrinya (Elisabeth Palupi) adalah angkatan 1990. Kebetulan dia teman SD saya. Saya tidak tahu persis kegiatan beliau setalah pensiun. Karena memang jarang ketemu.

6. Suwardjo, B.A. (Pak Warjo - Bahasa Indonesia)
Agak sulit saya mendeskripsikan beliau ini. Tapi pasti teman-teman tahu mengenai beliau. Meski kini usianya sudah 75 tahun tetapi masih aktif bermain tenis lapangan. Terakhir ketemu beliau 14 Maret lalu, beliau masih begitu semangat. Salah seorang putra beliau (Anang Nurasa - pegawai pramuka) adalah angkatan 1992 dan kini menggantikan beliau sebagai guru Bahasa Indonesia di sekolah kita.

7. Drs. Bambang Purwanto (Pak Bambang Pur - Guru PMP - sekaran PKn)
Beliau sangat gesit menjawab pertanyaan-pertanyaan soal kenegaraan ytang di jaman itu termasuk sensitif. Beliau berani memberi jaminan bahwa pertanyaan itu tidak akan bocor ke mana -mana. Sehingga beberapa orang teman berani bertanya mengenai hal-hal yang ketika itu dianggap tabu.

8. Drs. Tumarja (Pak Tumar - guru PMP dan Tata Negara)
Yang paling membuat saya berkesan adalah ketika sekolah menerapkan aturan bahwa siswa yang datang terlambat 5 menit supaya belajar di perpustakaan. Ketika Pak Tumar datang terlambat lebih dari 5 menit di kelas I-2. Teman - teman pun nyeletuk, "Pak, Guru terlambat 5 menit mengajar di perpustakaan, Pak!". Beliaupun hanya tersenyum. Sekarang beliau menjabat sebagai Kepala SMA Negeri 2 Cilacap dan sebelumnya di SMA Negeri Sampang. Kendati sudah menjadi kepla sekolah beliau tetap rendah hati. Beliau tidak segan untuk turun tangan mengerjakan apapun yang bisa dikerjakan, termasuk menyapu tempat yang kotor. Kebetulan beliau masih sering ke SMA Negeri 1 Cilacap kaitannya dengan hal - hal yang berkaitan dengan Sub Rayon, Komda, atau hal-hal yang ditangani oleh K3S (Kelompok Kerja Kepalas Sekolah) dimana Kepala SMA Negeri 1 Cilacap menjadi ketuanya.

9. Karneli, B.A. (Bu Karneli - guru Bahasa Inggris)
Beliau termasuk guru senior ketika jaman kita sekolah. Yang tak terlupakan adalah setiap siswa SMA Negeri 1 Cilacap mengikuti kegiatan di alun - alun Cilacap, pasti kumpulnya di rumah beliau di Jalan Kauman. Beliau wafat beberapa tahun lalu di rumahnya di Perum Sidanegara Indah - bukan di jalan Kauman lagi.

10. Drs. Urip Santoso (Pak Urip - Guru Bahasa Inggris)
beliau masuk ke SMA Negeri 1 Cilacap sekitar tahun 1998. Anak Fisik yang paling diingat oleh beliau adalah Claudia, karena kemampuan bahasa Inggris Claudia yang mantab... Kalau pas ngobrol dengan saya blaiu sering tanya, " Bas, kae gemiyen kancamu sing pinter bahasa Inggris sing bocahe putih sapa ya?". "Claudia, Pak?" jawabku setengah bertanya. "Iya...".
Kuat Riyadi si makhluk kriting dari Kawunganten pernah membuat beliau marah gara-gara bercandanya kelewatan. Masa "bulb" dibaca bulep? Kuat... Kuat... nang endi kowe siki. Digoleti pak Urip kae...
Pak Urip masih aktif sampai sekarang si sekolah kita

bersambung dan lebih seru

19 Februari 2009

Fenomena Ponari dan Kegagalan Kapitalisme

Masyarakat Indonesia dihebohkan dengan bocah cilik asal Jombang Jawa Timur, bernama Ponari yang tiba-tiba mendapat kemampuan untuk mengobati berbagai penyakit dengan sebuah batu yang dicelupkan ke dalam air minum. Akibat ekspos media massa yang luar biasa, dengan cepat puluhan ribu orang dari seluruh Indonesia memadati dusun tempat tinggal Ponari di Jombang. Sudah empat orang yang tewas terinjak-injak karena berdesak-desakan di gang sempit menuju rumah Ponari. Memilukan memang. tetapi inilah potret kehidupan masyarakat kita. Kendati sudah jatuh korban, namun tidak menyurutkan keinginan pasien lain untuk mendapatkan pengobatan dari bocah kelas III SD yang terancam drop out karena hampir sebulan tidak sekolah ini.

Ada beberapa fakta yang mengemuka dari fenomena Ponari ini. Pertama, banyaknya masyarakat yang sakit. Hal ini ditunjukkan oleh membludaknya pasien Ponari yang bahkan sempat menembus angka 50.000. Angka kunjungan rumah-rumah sakit sebenarnya cukup tinggi. Sebagian rumah sakit pada waktu- waktu tertentu sampai tidak sanggup menampung pasien sehingga akhirnya pasien dirawat di lorong-lorong rumah sakit atau memilih mencari rumah sakit lain.
Banyaknya masyarakat yang sakit ini akibat tidak adanya pembinaan pola baku sikap dan perilaku sehat baik secara fisik, mental maupun sosial, yang pada dasarnya merupakan bagian dari pembinaan kepribadian. Akibat diterapkannya sistem kehidupan sekuler, pembinaan informasi atau pembinaan kesehatan masyarakat cenderung dipisahkan dari pola pembinaan kepribadian. Tidak ada penekanan bahwa pelaksanaan perintah-perintah Allah dalam persoalan individu sebagai sebuh ketaatan. Termasuk di dalamnya pelaksanaan pola perilaku fisik, mental, maupun sosial yang berkaitan dengan perilaku sehat. Alhasil, pembinaan kesehatan menjadi hal yang tidak mengikat individu. Sementara itu media lebih mendominasi dalam pembentukan opini masyarakat mengalahkan pembinaan yang dilakukan oleh para pengemban dakwah.
Di samping pola perilaku masyarakat faktor lain yang berpengaruh pada rendahnya tingkat kesehatan masyarakat adalah lingkungan di mana merek tinggal. Tata kota dan perencanaan ruang tidak dilaksanakan dengan memperhatikan kesehatan, sanitasi, drainase, keasrian, dan sebagainya juga berpengaruh. Pembangunan pusat – pusat perindustrian tidak saja menimbulkan pencemaran lingkungan tetapi juga memunculkan permukiman kumuh dengan berbagai permasalahannya yang ujung-ujungnya menjadi tembat berkembang biak sumber-sumber penyakit.

Kedua, gagalnya negara dalam memberikan layanan kesehatan yang murah dan berkualitas. Sebagian dari pasien Ponari yang diwawacarai media mengeluhkan mahalnya biaya berobat ke dokter (okezone.com, 10 Februari 2009), sementara layanan kesehatan di puskesmas dinilai buruk. Layanan kesehatan yang buruk ini diakui oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Senin (16 Februari 2009) di Surabaya. Fenomena kemunculan dukun cilik Ponari merupakan kritik keras terhadap buruknya kualitas kesehatan di Wilayah Jawa Timur. Karena itu, perbaikan pelayanan kesehatan di Jawa Timur mendesak dilakukan, ungkapnya. (kompas.com, 16 Febrari 2009)

Ketiga, semakin irrasionalnya masyarakat. Ketika praktek pengobatan Ponari ditutup sebagian warga masyarakat yang hendak berobat mengambil uang bekas mandi Ponari. Mereka bahkan tanpa jijik langsung meminum air comberan itu karena beranggapan air itu dapat menyembuhkan. Sementara yang lain ada uyang mengais-ngais lumpur di dekat rumah Ponari. Fenomena ini seesungguhnya bukan kejadian secara tiba-tiba. Banyak praktik irrasional yang dilakukan masyarakat dan itu dibiarkan bahkan diuri-uri dengan dalih melestarikan budaya. Sebagai contoh, ribuan orang warga Surakarta dan sekitar berebut air bunga jamasan pusaka (pencuci pusaka) milik Pura Mangkunegaran dalam acara ritual malam 1 Sura di Pendopo Pura Mangkunegaran seperti memperbutkan air bekas mencuci pusaka di Solo. Salah satu kerabat Mangkunegaran, Irawati, mengatakan, air bunga jamasan pusaka yang direbutkan masyarakat tersebut merupakan berkah bagi warga yang bisa mendapatkan. Mereka mau berdesak-desakan merebutkan air bunga tersebut dan hal itu dilakukan warga yang berusia tua maupun muda berdesakan untuk bisa meperoleh air bunga itu. (kompas.co.id, 28 Desember 2008).

Bila kita runut ketiga fakta di atas semuanya bermuara pada tidak diterapkannya sistem Islam dalam kehidupan masyarakat sekaligus menunjukkan kegagalan sistem Kapitalisme yang diterapkan saat ini. Sistem kepitalisme sekuler yang diadopsi saat ini secara niscaya menjauhkan agama (Islam) dari kehidupan. Dalam sistem kapitalisme negara tidak berperan sebagai pemelihara urusan rakyat sebagaimana dalam Islam. Negara lebih banyak berfungsi melindungi kebebasan individu, meski pada prakteknya ettap saja hanya individu tertentu yang dilindungi. Termasuk dalam kebebasan yang diagungkan itu adalah kebebasan pemilikan yang membolehkan individu untuk mengumpulkan harta dengan cara apapun. Akibatnya sarana kesehatan banyak didominasi oleh lembaga-lembaga profit yang mencari keuntungan. Tak mengherankan bila kesehatan menjadi barang mahal karena tidak negara tidak menyediakannya sebagai bentuk pelayanan kepada rakyat.
Hal ini berbeda dengan sistem Islam, di mana negara menyediakan layanan kesehatan yang murah (bahkan gratis) tetapi berkualitas, tidak membiarkan masyarakat mengambil resiko karena ketidakberdayaannya di dalam mendapatkan layanan kesehatan. Hal itu dilakukan karena negara bertugas melakukan memelihara uruasan rakyat (ri’ayatus su’uni; ummah) sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw dalam kapasitas beliau sebagai kepala negara dan dilanjutkan bahkan dikembangkan oleh para khalifah sepeninggal beliau. Semua pembiayaan kesehatan itu diambilkan dari Baitul Mal (kas negara). (Lebih lengkap mengenai kebijakan pemerintahan Islam dalam bidang layanan kesehatan silakan klik di sini)
Kebijakan negara dalam masalah kesehatan sesungguhnya tidak berdiri sendiri, melainkan terkait juga dengan bicang-bidang lain seperti ekonomi (terkait soal pendanaan) dan pembangunan tata kota (terkait masalah menciptakan lingkungan yang sehat). Bahkan terkait pula dengan bagaimana negara membina masyarakat menjadi individu-individu yang bertaqwa. Pembinaan kepribadian masyarakat yang diarahkan pada pembentukan pribadi – pribadi yang bertaqwa akan menjadikan masyarakat memiliki pola sikap yang sehat sebagai bagian dari ketaatan kepada Allah SWT. Selama ini yang melakukan pembinaan individu kebanyakan adalah dari para aktifis dakwah dan lembaga-lembaga keagaamaan, yang bagaimanapun tetap memiliki keterbatasan kemampuan bila dibanding jika hal itu dilakukan oleh negara. Ironisnya, apa yang pembinaan yang telah dilakukan seperti terhapus oleh derasnya arus informasi yang banyak mempropagandakan gaya hidup hedonis dan liberal.
Akhirnya memang tidak bisa diingkari bahwa memperjuangkan kembalinya kehidupan Islam melalui tegaknya khilafah Islam menjadi sangat urgen. Sekaligus upaya untuk mempertahankan ideologi Kapitalisme semakin tidak menemukan relevansinya. Allahu a’lam.

03 Februari 2009

Selamat Jalan Pak Bardja

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Baru saja saya mendengar berita duka. Salah seorang guru SMA Negeri 1 Cilacap (sekolah dimana saya dulu bersekolah dan sekarang bekerja) yaitu Pak Barjo (Drs. Bardja) meninggal dunia. Beliau menderita sakit sejak pertengahan tahun 2008. Sejak saat itu beliau harus menjalani perawatan di rumah sakit. Awalnya beliau dirawat di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap, kemudian di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta dan terakhir di Rumah Sakit Hidayatullah Bantul. Dengan perawatan yang harus dijalani secara intensif praktis beliau tidak bisa menjalankan tugas mengajarnya. Namun beberapa kali beliau sempat datang ke sekolah seperti saat acara silaturrahmi dengan para siswa pasca libur lebaran 1429H.
Beliau meninggal dunia para Selasa pagi 3 Februari 2009 sekitar pukul 09.30 wib dalam usia 53 tahun. Beliau meninggalkan seorang istri dan 2 orang putra yang semuanya telah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Bahkan salah satunya telah menikah dan bekerja sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi di Jawa Timur.
Semasa hidupnya beliau adalah orang yang taat beribadah dan aktif di berbagai kegiatan baik di tempat bekerja maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Di samping mengajar di SMA Negeri 1 Cilacap beliau juga pernah mengajar di beberapa SMA swasta di Cilacap, seperti SMA Jenderal Sudirman dan SMA Muhammadiyah Cilacap. Yang luar biasa dari beliau adalah kemampuannya mengingat dengan detail para alumni dari sekolah - sekolah di mana beliau pernah mengajar.
Di lingkungan tempatnya tinggal Pak Bardja pernah menjadi Ketua RW dan menjadi Ketua Ta'mir Masjid.
Semasa sekolah dulu saya pernah diajar beliau tetapi hanya sebentar. Saya lebih akrab dengan beliau justru setelah saya bekerja di almamater saya itu. Saya dan keluarga SMA Negeri 1 Cilacap sangat kehilangan dengan kepergian guru yang berdedikasi seperti beliau ini. Sayang sekali saya tidak bisa ikut berta'ziyah ke Bantul, tanah kelahiran dan tempat dimana beliau akan dimakamkan. Saya harus tinggal di sekolah karena hari ini adalah giliran piket saya.
Mudah-mudahan saja Allah SWT Sang Pemilik Sejati, berkenan menerima amal shalih beliau, mengampuni semua kekhilafan beliau, dan memberi tempat mulia di sisiNya.
Selamat jalan Pak Bardja.
Allahumagh firlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu.

28 Januari 2009

Baju Mana Tangannya

Setiap anak bahkan setiap orang biasanya memiliki ungkapan tersendiri untuk mengungkapkan sesuatu. Baik istilah atau nama khusus untuk ungkapan itu sudah ada atau belum. Seperti misalnya yang terjadi pada anak saya. Beberapa waktu lalu ketika sakit dia minta dibelikan nasi goreng di tempat langganan keluarga kami. Dia bilang, " Pak belinya jangan lama-lama, ya? Da udah kepingin ngunyah?" Da adalah sebutan untuk menyebut dirinya sendiri (namanya Rifda). Sedangkan kepingin ngunyah maksudnya dia sudah kepingin banget makan nasi goreng.
Dulu waktu dia masih berusia sekitar dua tahun dia pernah meminta memakai baju yang dia sebut "baju mana tangannya". Anda tentu bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan baju mana tangannya. yang dia maksud adalah baju yang lengannya kepanjangan. Ketika dia memakai baju itu tanganya tidak kelihatan sehingga adik saya meledeknya dengan mengatakan," Lo? mana tangannya?". Maka muncullah istilah baju mana tangannya.
Tidak hanya anak-anak yang memang informasi mengenai dunia sekelilingnya masih tebatas. Teman saya yang usianya hanya berselisih 1 tahun dari saya (artinya dia sudah dewasa) pernah menanyakan kepada saya dimana "sapu karpet" disimpan. Saya sempat bingung dengan pertanyaannya. Ternyata yang dia maksud adalah vacuum cleaner.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons