
Namun setelah dibujuk istri saya akhirnya dia mau juga berangkat. Nyatanya di sekolah dia happy aja. Ketika saya jemput, dengan antusias menceritakan apa saja yang dilakukan di sekolah. Anehnya, setelah sampai di rumah dia berkeras besok tidak mau masuk dulu. Masih dengan alasan yang sama. Maka esok paginya susah payah saya dan istri membujuknya untuk berangkat. Akhirnya dia pun mau berangkat setelah dibujuk untuk memakai sandal saja agar lukanya tidak sakit.
Hal lain yang membuat saya heran, sepulang sekolah dia tidak mau diajak ke rumah "mbah putirnya" (neneknya yaitu ibu saya) yang rumahnya terlewati ketika berangkat dan pulang sekolah. Sampai-sampai ibu saya meminta adik perempuan saya menjenguknya. Akhirnya pada hari ketiga ketika berangkat saya sempatkan mengajak dia mampir. Kebetulan dia mau dan ibu saya kelihatan begitu gembira melihat cucu pertamanya mulai masuk sekolah.
Hari - hari berikutnya dia sudah tidak rewel untuk berangkat ke sekolah. Kalau biasanya dia malas bangun pagi, hari - hari belakangan dia cukup mudah dibangunkan. Kadang saya membujuknya untuk melihat teman sepermainannya yang sudah masuk SD. Rupanya dia tertarik untuk melihat temannya itu memakai baju putih merah. Kadang pula saya bujuk dia untuk melihat film kartun yang diputar pagi-pagi di stasiun swasta.
Begini rupanya menghadapi anak yang baru sekolah. Maklum, dia adalah anak pertama saya dan dulu saya tidak njamani sekolah TK. Mudah-mudahan saja semangatnya untuk sekolah tetap tinggi dan keinginannya untuk belajar yang sebelumnya sudah terpupuk sejak belum sekolah tetap membara. Giat belajarlah nak, tantangan di masa depanmu kelak lebih berat dari yang bapak dan ibumu alami kini.
Hal lain yang membuat saya heran, sepulang sekolah dia tidak mau diajak ke rumah "mbah putirnya" (neneknya yaitu ibu saya) yang rumahnya terlewati ketika berangkat dan pulang sekolah. Sampai-sampai ibu saya meminta adik perempuan saya menjenguknya. Akhirnya pada hari ketiga ketika berangkat saya sempatkan mengajak dia mampir. Kebetulan dia mau dan ibu saya kelihatan begitu gembira melihat cucu pertamanya mulai masuk sekolah.
Hari - hari berikutnya dia sudah tidak rewel untuk berangkat ke sekolah. Kalau biasanya dia malas bangun pagi, hari - hari belakangan dia cukup mudah dibangunkan. Kadang saya membujuknya untuk melihat teman sepermainannya yang sudah masuk SD. Rupanya dia tertarik untuk melihat temannya itu memakai baju putih merah. Kadang pula saya bujuk dia untuk melihat film kartun yang diputar pagi-pagi di stasiun swasta.
Begini rupanya menghadapi anak yang baru sekolah. Maklum, dia adalah anak pertama saya dan dulu saya tidak njamani sekolah TK. Mudah-mudahan saja semangatnya untuk sekolah tetap tinggi dan keinginannya untuk belajar yang sebelumnya sudah terpupuk sejak belum sekolah tetap membara. Giat belajarlah nak, tantangan di masa depanmu kelak lebih berat dari yang bapak dan ibumu alami kini.
0 komentar:
Posting Komentar