25 Mei 2009

Pak Guru... Bu Guru, Apa Kabar? (Yang terlewatkan)

Ternyata tidak mudah untuk mengingat memori 20 tahun lalu. Meski saya bekerja di tempat di aman memori itu terjadi. Buktinya setelah 4 edisi saya menulis mengenai guru-guru SMA yang mengajar dulu masih ada juga yang terlewatkan. Ada seorang teman yang meminta agar saya menulis beberapa guru yang belum aku tulis. Repotnya ternyata kenangan tentang mereka tidak begitu banyak sehingga cukup sulit menjadikannya sebagai sebuah cerita yang menggugah. Inilah (sebagian) dari mereka yang terlewatkan itu.

41. Hermanto (Pak Her - Guru Keterampilan)
Pak Her termasuk orang serba bisa. Ijazah kependidikannya sebenarnya adalah jurusan Keterampilan Kerajinan. Itu makanya beliau dulu pernah mengajar Seni Ukir. Saya ingat betul waktu mendapat tugas membuat ukiran saya kebingungan mencari papan yang mau saya ukir. Tanpa sengaja saya menemukan potongan papan di tempat parkir. Entah kayu apa tetapi ternyata cukup mudah untuk diukir. Sehingga hasilnya cukup bagus. Setelah mendapat nilai ukiran itu saya pajang di rumah sampai beberapa tahun setelah saya lulus. Sementara teman karib saya Aris SB menggunakan kayu sengon yang seratnya kecil-kecil. Padahal desain ornamen yang dia pilih untuk mengukir kayu rumitnya luar biasa. Walhasil dia kesulitan sendiri.
Pak Her juga pernah mengajar Seni Drama dan ekstra kurikuler karawitan. Dalam sebuah pementasan dalam rangka Cresta Mandhala Bhakti saya dan teman-teman asuhan Pak Her mengiringi pementasan drama dengan karawitan. Salah satu lagu yang dipilih sebagai ilustrasi musik adalah The Final Countdown.
Setelah kurikulum 1994 menghapus pelajarna keterampilan di SMA pak Her mengajar Sosiologi hingga sekarang. Namun ketika kurikulum 2006 membuka peluang utuk tiap sekolah membuat kurikulum sendiri, di samping mengajar Sosiologi Pak Her pun dipercaya mengajar Broadcast bagi siswa kelas Bahasa. Studio One Radio (radio punya SMA Negeri 1 Cilacap) pun telah disiapkan. Hanya saja ijin penyelenggaraan penyiarannya sedang diurus.
Di samping aktif mengajar Pak Her juga dikenal sebagai salah seorang mubaligh di kota Cilacap. Beliau sering mengisi kajian atau khutbah Jum'at di beberapa tempat, termasuk di SMA Negeri 1 Cilacap.

42. Sri Nani, B.A. ( Bu Nani - Guru Ekonomi/ Akuntansi)
Bu Nani adalah wali kelas saya di kelas I-2. Orangnya mungil dan berkulit putih. Karena diajar beliau akuntansi di kelas I saya menjadi tahu sedikit mengenai hal itu. Setidaknya itu bermanfaat ketika saya dan istri dipercaya mengurus sebuah warung milik kerabat. Setelah menikah pada sekitar tahun 90-an Bu Nani pindah ke Kebumen mengikuti suami dan mengajar di salah satu SMA negeri di sana. Sejak itu saya tidak pernah ketemu beliau. Bahkan ketika sedang ramai-ramainya akreditasi kemarin untuk mengurus surat-surat yang ada di SMA Negeri 1 Cilacap beliau meminta bantuan salah seorang adik laki-lakinya.

43. Drs. Suratmaningrum (Pak Ratman - Guru Sejarah)
Pak Ratman adalah panggilan akrab Pak Suratmaningrum. Namanya memang unik. Karena uniknya itu anak-anak sering menyebut pak Ratman dengan sebutan Pak Ningrum. "Hujan lokal rejeki tidak merata" adalah salah satu kalimat yang begitu diingat oleh Prabowo. Entah konteknya seperti apa saya sendiri lupa. Terus terang saya sering tidak mudeng ketika beliau mengajar karena bumbu-bumbu yang beliau sampaikan saat mengajar dengan bercerita tentang keluarganya, tetangganya, dan kerabatnya sering membuat saya lebih ingat bumbu-bumbunya. Tetapi untunglah ada Terry si kidal yang rajin nulis. Ketika musim ulangan tiba saya dan teman-teman sekelas meminjam dan menfoto kopi buku catatan Terry rajin dan mudah dipelajari.
Saya belum berhasil melacak keberadaan pak Ratman saat ini. Yang jelas beliau pindah tugas pada sekitar jaman-jaman saya masih sekolah.

44. Drs. Sudibyo (Pak Dibyo - Guru Bahasa Inggris)
Selama di SMP saya belajar bahasa Inggris dengan bahasa pengantar Bahasa Indonesia. Cukup kaget saya ketika di kelas I SMA pak Dibyo mengajar 100% in English. Saya pun mati kutu. Sudah begitu beliau yang jarang senyum membuat saya jadi hilang selera belajar Bahasa Inggris. Lebih-lebih ada salah seorang teman yaitu Darmono yang karena terlambat masuk kelas dimarahi pakai Bahasa Inggris.
Beliau entah pindah kemana. Saya juga belum memperoleh informasi.

45. Dra. Yanu Fenina Yunta Yunti (Bu Nina - Guru Bahasa Indonesia)
Nama belakangnya yang unik membuat saya dan teman-teman mengira beliau bukan orang Jawa. Tetapi beliau asli orang Suroboyo. Panggilanya Bu Nina tetapi teman-teman sering menyebutnya Bu Yunta Yunti. Salah satu hal yang masih saya ingat adalah ketika beliau mengeritik kalimat dalam Kata Pengantar pada setiap makalah yang ditulis siswa. terutama pada bagian akhir yang menyatakan bahwa penulis menyadari bahwa makalahnya belum sempurna, "Kalau belum sempurna kenapa tidak disempurnakan dulu?" katanya.
Bu Nina "mengalami nasib" yang hampir sama dengan Pak Satyo. Beliau diangkat menjadi Pengawas meskipun beliau belum pernah menjadi kepala sekolah. Bedanya, entah kenapa beliau sekarang malah dipindahtugaskan di Badan Diklat Pemkab Cilacap. Pada Outbond yang diselenggarakan SMA Negeri 1 Cilacap Maret lalu Bu Nina adalah salah satu pemandunya.

46. Dra. Sri Sulasmi (Bu Lasmi - Guru Bahasa Indonesia)
Saya tidak ingat kapan tepatnya bu Lasmi mengajar kelas saya. Saya mengenal beliau lebih banyak setelah menjadi karyawan SMA Negeri 1 Cilacap. Beliau termasuk guru yang suka melucu. Saingan utamanya adalah Bu Enggar (Guru Ekonomi). Dalam beberapa perjalanan wisata dimana dua orang ini berada dalam satu bus dengan saya pasti beliaulah yang selalu mmbuat penumpang lain tertawa dengan guyonan - guyonannya. Dalam perjalanan wisata terakhir saya mencoba ambil bagian dengan melempar beberapa tebakan. Ternyata mereka menganggap saya menjadi pesaing baru (hi hi hi).
Bu Lasmi sebagaimana sebagaian ibu-ibu guru yang lain sekarang sudah berkerudung. Alhamdulillah.

47. Bayu (Pak Bayu - guru Seni Drama)
Mohon maaf, memori saya mengenai beliau sangat sedikit. Bahkan sampai namanya sekalipun. Yang saya ingat namanya Pak Bayu. Yeni Purwo ingatnya Pak Eko. Barangkali saja namanya Pak Eko Bayu ya? Yang jelas beliau mengajar drama. Hanya sebentar. Yang masih saya ingat hanyalah ketika beliau mengatakan, "Buat saya satu anak tidur lebih baik dari pada satu anak ramai". Selain itu tidak ada yang saya ingat.

48. Zurowiyati (Bu Zuro - Guru PMP)
Beliau mengajar di kelas I tapi juga tidak lama. Setelah itu beliau pindah entah kemana. Pernah ada seorang kenalan menceritakan bahwa dia ketemu dengan Bu Zuro. Tetapi sulit buat saya untuk mengingat secara detail teman itu ada dimana, mengontak saya lewat apa, dan bu Zuro sekarang mengajar dimana. Jadi lagi-lagi saya harus minta maaf untuk ini.

Rupa-rupanya cukup banyak kenangan yang sudah terkubur oleh begitu banyak peristiwa selama kurang lebih 20 tahun ini. Tetapi kenangan itu akan terbangkitkan kembali mana kala teman-teman seangkatan ikut berpartisipasi menyumbangkan cerita. Saya berharap teman-teman tidak tinggal diam dan sekedar membaca apa yang saya tulis. Tetapi tulislah sesuatu agar kenangan itu muncul kembali.
Tulisan - tulisan ini memang tidak ditujukan agar kita kembali hidup di masa lalu. Tapi mari kita mengambil pelajaran dari masa lalu masa depan kita

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons