04 Mei 2009

Pak Guru... Bu Guru, Apa Kabar? (3)

Setelah pekan kemarin saya menulis edisi 2 mengenai para guru SMA Negeri 1 Cilacap di era 1987 - 1990, ternyata beberapa teman menyambut baik. Claudia, Yeni, dan Giok adalah di antaranya. Mudah-mudahan teman teman yang lain segera menyusul mengunjungi blog ini dan menemukan memori yang tertindih begitu banyak pengalaman hidup selama hampir 19 tahun setelah lulus SMA.

21. Nuradi Sosrosuwito (Pak Nur - guru Matematika)
Seingat saya beliau tidak pernah mengajar di kelas saya. Tetapi anak-anak A1 punya kenangan ketika dengan beliau yang ketika itu menjadi salah seorang Wakil Kepala Sekolah. Cerintanya, ketika itu jadwal pelajaran Fisika sementara pak Sugeng tidak ada di tempat karena harus mengampu Ananto mengikuti Lomba Fisika (kalo sekarang Olimpiade Fisika kali ya?). Anak - anak A1 tidak mengambil tugas yang ada di guru piket tetapi malah memulangkan diri. Parahnya tidak hanya mbolos, tetapi pintu kelas ditutup dan dihalangi dengan bangu panjang.
Esok harinya kunci kelas A1 yang biasa disimpan di ruang Waka disembunyikan. Praktis anak - anak tidak bisa masuk kelas. Sebenarnya kalau mau lompat jendela biasa saja, tetapi sebandel-bandelnya anak A1 masih punya jiwa satria. Bowo dan Jatmiko sebagai wakil kelas menghadap pak Nur untuk mengambil kunci. Entah apa yang mereka bicarakan di suang Waka, yang jelas 2 jam pelajaran pertama berlalu tanpa sapa.
Kemudian Pak Nur masuk kelas dan kamipun ditatar habis. "Buat apa sih kalian pulang gasik," tanya beliau. Nak-anak pun hanya terdiam. Tetapi Sairno didekat saya yang duduk di bangku belakang bisik-bisik, "Aku dadi bisa ngumbaih gasik, koh... (Aku jadi bica cuci baju pagian, kok...)".
Pak Nur sempat menjadi kepala SMA Negeri Maos sebelum kahirnya di angkat menjadi Pengawas. Setelah pensiun beliau sempat menjadi Kepala SMA Islam Al-Irsyad Cilacap.

22. Sunyoto (Pak Nyoto - Guru Matematika)
Orangnya sangat pendiam dan sama sekali tidak pernah marah. Padahal sikap anak-anak A1 sudah sangat keterlaluan. Pernah suatu saat (alm) Herna membeli es dawet di warungnya bu Diwarso (di dekat perpus) kemudian disorongkan lewat jendela kemudian masuk lewat pintu dan diminum sementara pak Nyoto mengajar di depan kelas. Karena dibiarkan saja, lain harinya (alm) Herna mengulangi. Kali ini es dawet itu dibawa masuk lewat pintu depan dan sepengetahuan pak Nyoto.
Sementara itu Pramono pernah bermain "dara-daraan" yang dilemparkan tepat di sebelah Pak Nyoto yang sedang menulis di papan tulis. Saya sempat menyangka bahwa kali itu Pak Nyoto pasti marah. Tetapi ternyata beliau hanya menoleh.
Kalau guru - guru lain biasanya memegang buku-buku dari penerbit yang ketika itu mulai banyak bermunculan, pak Nyoto tetap menggunakan buku paket yang dikeluarkan Depdikbud. Kendati demikian apa yang beliau ajarkan selalau keluar dalam ulangan. Sehingga ada salah seorang guru yang berpesan, "Jangan pernah sepelekan pak Nyoto".
Pak Nyoto tinggal di Purwokerto sehingga praktis tiap hari beliau bolak - balik Purwokerto - Cilacap. Mungkin karena alasan itulah akhirnya beliau pindah ke sana.

23. Muhtarom, SPd (Pak Tarom - guru Matematika)
Beliau adalah guru favorite anak - anak A1. Bagi sebagian besar anak - anak cara mengajarnya mudah dipahami dan sikap beliau menyenangkan. Suatu ketika beliau pernah kita buat kesal. Ceritanya Pak Tarom terpaksa terlambat karena harus mengurus surat-surat untuk pernikahannya yang akan berlangsung beberapa saat kemudian. Belum lagi beliau datang anak-anak sudah berhamburan keluar kelas, ada yang main ping pong, ada yang ke warung, ada yang ke perpustakaan.
Ketika datang, beliaupun tidak bisa menyembunyikan kekecewaan beliau atas sikap anak - anak. Karena menahan emosi beliaupun hampir - hampir menangis.
Kenangan yang lain mengenai beliau adalah ketika anak - anak menghadiri undangan pernikahan beliau dengan ibu Setya Nurani di jalan Lettu Suparto Kroya. Saya dan teman-teman lain berkonvoi sepeda motor dari Cilacap ke Kroya. Ternyata di daerah Karangkandri ada tilangan dan beberapa teman sempat kena tilang. Sementara saya dan Aris yang menggunakan -motor yang sebenarnya tidak beres- bisa selamat dari tilang dan mendahului teman-teman.
Sekarang Pak Tarom tinggal di Cilacap bahkan satu RW dengan saya. Sejak naik haji beliau tidak pernah lepas dari kopiahnya.

24. Dra. Puji Astuti Wardhani (Bu Ety - guru Matematika)
Beliau adalah wali kelasnya Ratih Irawati. Tapi entah waktu kelas berapa. Di Kelas A1 beliau kapok mengajar, karena anaknya yang luar biasa mbeling. Ketika beliau mengajar anak - anak ribut sendiri. Giliran beliau diam anak-anak bukanya jadi diam tapi tetap ramai tapi ramainya pura -pura membahas pelajaran.
Beliau hingga saat ini masih aktif mengajar dan kadang-kadang ngenet (internetan). Beliau juga punya account di face book. Tetapi karena tidak begitu rutin harus bersabar bagi teman-teman yang mau mengundangnya bergabung di facebook.

25. Sungadi, B.A. (Pak Ngadi - guru Biologi)
Beliau adalah wali kelas Bio. Gaya bicaranya yang unik sering ditirukan oleh Bowo. Beliau sebenarnya suka bercanda tetapi karena gaya bicaranya yang kadang seperti tanpa ekspresi membuat anak - anak kadang kurang ngeh dengan guyonannya.
Teman teman tentu ingat dengan kaca mata beliau yang lensanya tebal. Ya, karena gangguan pada penglihatan ini, beliau pernah menjalani operasi mata. Karena sebab itu pul akhirnya beliau memilih untuk pensiun dini. Terakhir ketemu pada pertengahan Maret lalu blaiu tampak sehat dan saya dengar beliau masih sering ikut tenis lapangan.

26. Drs. Muryanto ( Pak Mur - guru Biologi)
Dari guru biologi yang pernah mengajar beliaulah yang cara mengajarnya relatif bisa saya pahami. Tetapi kendala utama belajar biologi buat saya adalah menghafal nama latin yang susah. Paling - paling juga ingatnya ascaris lumbricuidest (cacing tanah) dan Canis familiaris (anjing).
Pak Mur pernah dibuat marah oleh Bowo yang bercandanya keterlaluan. Maunya Bowo ngledek Kuat tetapi Pak Mur tidak berkenan.
Sekitar 5 tahun lalu Pak Mur diangkat menjadi Kepala SMA Negeri Kedungreja dan sekarang dimutasi menjadi Kepala SMA Negeri Maos.

27. Drs. Bambang Whisnu Barata (Pak Bambang - guru Biologi)
Beliau tidak mengajar kelas A1 tetapi pasti mengajar kelas lain. Karena tidak mengajar praktis saya juga tidak punya kenangan khusus mengenai beliau. Saya lebih banyak mengenal beliau setelah bekerja di SMA Negeri 1 Cilacap. Kendati nama yang tertulis di DUK (Daftar Urutan Kepegawaian) Drs. Bambang Whisnu Barata tetapi beliau lebih dikenal sebagai pak Bambang Sumantri. Ketika saya konfirmasi kenapa tidak ada nama "Sumantri"nya beliau hanya menjawab, "Sumantrine ngenger".
Ternyata nama yang tercantum di ijazah putra beliau malah lebih panjang lagi.


28. Sukarno, B.A. (Pak Karno - Guru Sejarah)
Kalau berhalangan mengajar biasanya pak Karno meninggalkan catatan yang sudah diketik untuk di foto kopi dan dipelajari siswa. Suatu ketika Aris pernah menghilangkan master catatan beliau. Diapun harus menggantinya dengan mengetik ulang dari kopiannya. Gaya bicaranya yang pelan ditambah jam pelajarannya yang seringkali jam terakhir sering membuat saya tak mampu menahan kantuk. Tetapi herannya meski saya duduk di depan dan terkantuk-kantuk di dekat beliau saya tidak ditegur. Barangkali buat belaiu satu anak yang ngantuk lebih baik dari pada satu anak yang berisik, ya?
Beliau sempat diangkat menjadi Kepala SMA Negeri Kroya (sekarang SMA Negeri 1 Kroya) sebelum pensiun. Yang menonjol dari beliau adalah semangatnya untuk menjalin silaturrahmi dengan warga SMA Negeri 1 Cilacap kendati sudah pensiun. Beliau aktif tetap aktif menjadi anggota Koperasi Karisma SMA Negeri 1 Cilacap, meski mulai sakit-sakitan. Bahkan dalam kondisi lemah karena terserang stroke beliau masih menyempatkan untuk menghadiri Reuni Angkatan 1981 pada tahun 2006 dan Reuni Akbar pada Desember 2007, walaupun harus dipapah atau menggunakan kursi roda.
Beliau wafat setelah dirawat beberapa bulan bertepatan dengan pengumuman Obama sebagai pemenang Pilpres AS.
Salah seorang putra beliau yaitu Basuki Priyo Nugroho adalah alumni tahun 1990 dan dulu menjadi ketua OSIS. Sekarang menjadi pejabat di lingkungan pemkab Cilacap.

29. Ngadiyo, B.A. (Pak Ngadiyo - Guru Geografi)
"Anak Fisik itu seharusnya bisa menggambar garis lurus tanpa garisan..." begitu pendapat yang pernah terlontarkan beliau ketika beliau mengajarkan tentang peta langit. Meski guru Geografi rupanya beliau adalah pembina siswa adalah lomba P4.
Pada 1992 beliau diangkat menjadi Kepala SMA Negeri 2 Sidareja (sekarang SMA Negeri Cipari) dan saya adalah salah atu karyawan beliau yang membatu beliau "trukah" (Babad Alas) di unit gedung baru itu.
Beliau menginggal dunia karena komplikasi berbagai penyakit dalam lebih dari 10 tahun lalu ketika masih menjabat sebagai kepala sekolah di Cipari.

30. Drs. Endah Wahyuni (Bu Endah - guru Geografi)
Beliau adalah wali kelas II A1. Sebagai wali kelas tentu beliau kenyang dengan kenakalan anak-anak siswa A1. Ketika menikah beberapa anak A1 ikut membantu menjadi pengiringnya. Dalam hal ini tentu dipilih yang berpenampilan menarik seperti Aris SB. Kalau saya sih tidak masuk kategori.
Sampai saat ini beliau masih aktif mengajar dan tidak banyak yang berubah dari beliau. Kalaupun ada paling karena usianya yang terus bertambah sebagaimana kita.



Untuk edisi 3 ini sementara 10 orang ini dulu saja. Masih banyak yang belum saya ungkap seperti Pak Hermanto, Pak Kalyubi, Bu Bet, Pak Diwarso, Pak Satyo, Pak Darmo, Bu Gambir, Bu Tati, Pak Slamet Lasimun, Bu Isdiati, dan masih banyak lagi)

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons