
Yang paling sengsara berhadapan dengan polisi tidur adalah para tukang bakso, tukang siomay, tukang becak, tukang bubur ayam, dan tentu saja tukang mengeluh. Hihihihi.... Saya yang waktu itu kemana - mana naik sepeda juga sengsara. Terutama kalo harus memboncengan anak dan istri. Jegleg ... jegleg.. pantat istriku jadi sakit karena terbentur boncengan sepeda yang keras setiap melewati polisi tidur. Sekarang sudah lebih lumayan karena saya sudah punya sepeda motor, biarpun tua. Namun demikian jumlah polisi tidurnya semakin hari semakin bertambah. Di dekat perempatan polisi tidurnya tidak cukup satu. Ada yang rangkap dua atau tiga. Duh....
Kalau kita amati, pembuatan polisi tidur lebih banyak didasarkan pada suatu kekhawatiran akan terjadi kecelakaan karena para pengendara sepeda, speda motor akan ngebut di jalan yang mulus. Sejauh ini sebenarnya kekhawatiran itu belum pernah terjadi. Tapi kenapa semakin hari jumlahnya terus ditambah, ya? atau kalau ada kekhawatiran begitu kenapa dulu jalannya tidak dibiarkan kasar dan berbatu saja ya?
Buka mata, ini nyata, hanya di Indonesia .....
Kalau kita amati, pembuatan polisi tidur lebih banyak didasarkan pada suatu kekhawatiran akan terjadi kecelakaan karena para pengendara sepeda, speda motor akan ngebut di jalan yang mulus. Sejauh ini sebenarnya kekhawatiran itu belum pernah terjadi. Tapi kenapa semakin hari jumlahnya terus ditambah, ya? atau kalau ada kekhawatiran begitu kenapa dulu jalannya tidak dibiarkan kasar dan berbatu saja ya?
Buka mata, ini nyata, hanya di Indonesia .....
0 komentar:
Posting Komentar